KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah swt, karena dengan hidayanya sehingga makalah AIK ini dapat
terselesaikan sesuai dengan rencana. Terimah kasih penyusun ucapkan kepada
dosen mata kuliah yang bersangkutan atas bimbingannya dalam menyelesaikan
makalah ini dan kepada teman-teman yang mendukung dan turut serta dalam
membantu demi terselesaikannya makalah ini,
Makalah
ini kami susun sebagai tugas pokok dengan mata kuliah AIK dan sebagai
persyaratan untuk mengikuti mata kuliah ini. Penyusun mengharapkan agar makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan, terutama dalam kalangan
mahasiswa khususnya bagi penyusun.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun demi penyelesaian makalah selanjutnya.
Penyusun
Kelompok 2
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Dalam agama inilah, manusia diharuskan dapat
menciptakan hubungan baik dengan tiga hal. Hubungan yang dimaksud, yaitu
hubungan manusia dengan penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungannya, dan
hubungan manusia dengan manusia lainnya. Jika kita memiliki bekal ilmu yang
baik, ketiga hubungan tersebut dapat dilaksanakan dengan benar. Karenanya,
menuntut ilmu termasuk salah satu kewajiban setiap muslim.
Selain
alasan diatas, Allah SWT telah menciptakan manusia sebgai khalifah yang bertugas
menjaga keutuhan dunia ini. Manusia bertugas mengatur, memberdayakan dan
mengelolah segala sumber daya alam yang telah diciptakan Allah SWT ini demi
kepentingan dan hajat semua makhluk. Demi menjalankan misinya inilah manusia
diwajibkan menuntut ilmu agar dapat mengelolah bumi secara tepat dan benar.
Allah
SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurnah diantara
makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Manusia tidak hanya dikaruniai bentuk fisik
yang proporsional, perasaan namun juga akal dan pikiran berdasarkan fitrah dan
potensi dalam diri masing-masing. Dalam upaya mengembangkan potensi yang
dimilikinya sejak dilahirkan itulah manusia wajib menuntut ilmu, sehingga
potensi yang dimilikinya dapat bermanfaat dan berguna bagi semua umat dan makhluk
di dunia ini.
Kewajiban
menuntut ilmu, tidak hanya untuk bidang agama saja, tetapi mencakup semua
bidang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan tujuan agar melalui ilmu
tersebut manusia mampu melaksanakan ketiga hubungan secara seimbang. Perintah
menuntut ilmu tersebut diatur dalam Al-qur’an dan Al-hadis. Ilmu tersebut dapat
kita jadikan sebagai bekal meniti jalan menuju kesuksesan hidup. Kesuksesan
yang tidak hanya dapat dirasakan di dunia saja tetapi juga di akhirat nantinya.
Dalam hal ini, ilmu merupakan salah satu bentuk muamalah duniawiyah. Allah SWT
mewajibkan setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan agar menuntut ilmu
setinggi mungkin, mulai dari usia anak-anak hingga tiba waktu berpulang
kepada-Nya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
iman dan ilmu dalam islam?
2.
Jelaskan
iman dan ilmu jaminan Allah untuk meraih kesuksesan!
3.
Jelaskan
kepribadian seorang ilmuwan muslim!
4.
Jelaskan
ilmu pengetahuan menurut Islam!
C.
Tujuan
1.
Dapat mengetahui
pengertian iman dan ilmu dalam islam
2.
Dapat mengetahui
iman dan ilmu jaminan Allah untuk meraih kesuksesan
3.
Dapat mengetahui
kepribadian seorang ilmuwan muslim
4.
Dapat mengetahui
ilmu pengetahuan menurut Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian iman dan ilmu dalam islam
1.
Pengertian iman
Pengertian iman secara bahasa adalah percaya. Sedangkan
menurut istilah adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian pengertian iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan
dengan lisan serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.jadi seseorang
dapat dikatakan sebagai seorang mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur diatas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan.
2.
Pengertian ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima’, yang berarti
memperoleh, mengetahui dan yakin. Ilmu yang
dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum’, artinya memahami sesuatu dengan
hakikatnya dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek
teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan
perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu
tersebut menjadi sia-sia. Berbeda dengan pengetahuan ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa
B. Iman
dan ilmu jaminan Allah untuk meraih kesuksesan
Kesuksesan
adalah hak kita semua. Setiap kita memiliki kemampuan untuk meraihnya. Mengapa?
Karena kita begitu istimewa telah diciptakan. Allah SWT menciptakan kita
dengan berbagai keajaiban, bermula dari proses kejadian kita yang dahsyat dan
spektakuler, sampai pada bentuk fisik kita yang rumit. Bayangkan saja,
kita memiliki 200 pahatan tulang yang unik dan estetis, 500 otot dengan
miliaran serat-serat otot dan serat saraf yang panjangnya ± 11 Km, pembuluh
darah yang panjangnya mencapai 100.000 km, mata yang mampu membedakan lebih
dari 10 juta warna, paru-paru yang dapat bernafas sebanyak 23.040 kali dan
masih banyak lagi keajaiban-keajaiban lain yang dimiliki bentuk fisik
kita. Selain itu, kita juga dianugerahi akal, fikiran dan perasaan yang
membuat kita lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya
yang ada di muka bumi ini.
Dengan
segala keistimewaan yang kita miliki, sudah sepantasnya kita mengucap syukur
dan tidak merasa hina atau rendah apalagi merasa tidak mampu untuk melakukan
sesuatu termasuk meraih kesuksesan. Walaupun pada hakikatnya kita tidak
sempurna. Ada kekurangan dan kelemahan yang menjadi penyeimbang dari
keistimewaan yang kita miliki. Karena kesempurnaan hanyalah milik sebuah asma
semata, Allah ajza wa jalla. Jadi jangan pernah malu dengan segala keterbatasan
kita, karena hal itu juga dimiliki semua orang. Yakinlah, saat kekurangan diri
semakin membebani, hanya layar sikap kitalah yang menentukan kemana harus
melangkah. Hal terpenting yang perlu kita lakukan dalam menyikapi kekurangan
yang ada, adalah dengan mengoptimalkan potensi yang kita miliki dengan
sebaik-baiknya untuk meraih kesuksesan,
Tidak
mudah meraih kesuksesan. Perlu kucuran air mata, kuyup keringat, dan tetesan
darah untuk mendapatkannya. Memang, Allah telah menyiapkan kesuksesan untuk
masing-masing kita, tetapi tetap saja kita harus mengambil sendiri kesuksesan
itu dari tangan-Nya. Bukankah Allah telah dengan jelas menyatakan dalam Surat
Ar-Ra’du ayat 11 bahwa Ia tidak akan mengubah nasib suatu kaum bila kaum
tersebut tidak mengubah sendiri nasibnya. Ya…, layaknya bermain sepak bola.
Pemain tidak hanya menerima operan bola saja, tetapi ia juga dituntut untuk
menjemput bolanya. Jadi, kesuksesan mmbutuhkan keseriusan dan kerja keras kita.
Pertanyaanya, sulitkah meraih kesuksesan? “tidak” kawan..!! karena kesuksesan
dapat diraih dengan melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa. Dan
cara luar biasa yang dapat dilakukan adalah dengan berbekal “Racikan Ilmu dan
Iman” yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan layaknya gerimis dan
sinar mentari yang melukis pelangi di cakrawala.
Ilmu
dapat diartikan sebagai hasil pemindahan gambaran yang diketahui dari ketentuan
alam luar yang kemudian ditetapkan dalam diri manusia. Pada dasarnya definisi
ilmu sangat banyak sehingga sulit menemukan definisi yang paling tepat. Namun,
sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang
lain. “Knowledge is the Key to Open the World”, Yup… Ilmu adalah kunci untuk
membuka dunia ini. Kesuksesan seseorang berangkat dari ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan mendekatkan kita pada pintu kesuksesan.
Beruntunglah orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang tidak
memilikinya sebagaimana termaktub dalam Surat Az-Zumar ayat 9, “ Apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? “.
Sedangkan
pengertian iman adalah mengikrarkan dalam hati, melafazdkan dengan lisan, dan
mengaplikasikan melalui perbuatan anggota badan. Dalam islam, ada 6 rukun iman
yaitu iman kepada Allah SWT, malaikat, Al-qur’an, Rasul-rasul, hari akhir dan
beriman pada Qada dan Qadar. Iman adalah salah satu bagian vital dalam
kehidupan Dengan iman, manusia akan merasakan kedamaian. Hidup dalam iman
adalah awal dari kesuksesan dimana orang beriman akan memiliki sifat optimis
yang tinggi sebagai modal awal dalam meraihnya sekalipun ia mengalami kegagalan
dan melewati berbagai rintangan. Mengapa? karena ia percaya sepenuhnya pada
sang Pencipta yang telah mempersiapkan segalanya. Orang beriman selalu
membungkus usahanya dengan doa. Jadi, dalam naungan iman kita akan merasa
tenang bila telah melakukan yang terbaik seperti kata orang bijak “ Dalam
meraih kesuksesan, lakukan setengahnya dengan memberikan yang terbaik dan
biarkan Allah melakukan yang setengahnya lagi lalu lihatlah apa yang terjadi”.
Intelligence
Quotient (IQ) seseorang dapat mempengaruhi daya serapnya terhadap ilmu
pengetahuan. Semakin banyak ilmu yang kita dapatkan maka semakin mudah kita
meraih kesuksesan. Ternyata pada faktanya, ilmu saja tidak cukup sebagai
senjata untuk meraih kesuksesan, seseorang juga membutuhkan iman untuk dapat
menggunakan ilmu yang dimilikinya dengan tepat. Lihat saja, banyak orang-orang
pintar nan berilmu yang malah mengaplikasikan ilmunya untuk kesuksesan yang
tidak bermakna, kesuksesan yang mempermudah jalannya menuju neraka, contohnya
apoteker yang sukses meramu narkoba, pengacara yang sukses membebaskan kliennya
yang koruptor atau ahli kimia yang sukses merakit bom. Semua kesuksesan
tersebut adalah kesuksesan yang terjadi karena tidak dilandasi dengan iman yang
kuat. Oleh karena itu Allah menyatakan orang berilmu dengan sebutan “ulul
albab” dalam Al-qur’an yang artinya “orang-orang yang berfikir”, bukan dengan
sebutan “orang-orang yang pintar” atau “orang-orang yang ber-IQ tinggi “.
Mengapa? Karena orang yang berfikir adalah orang yang memiliki ilmu dan iman.
Misalnya, ketika ia belajar tentang alam semesta maka ia akan berfikir betapa
hebatnya Allah yang telah menciptakan alam semesta dengan planet-planet beserta
jutaan bahkan milyaran bintang yang terletak dalam gugusan-gugusan yang disebut
galaksi yang mana kesemuanya berotasi dan berevolusi tanpa bertabrakan antara
satu dengan yang lainnya atau ketika ia belajar tentang struktur atom dalam
ilmu kimia maka ia akan berfikir, betapa telitinya Allah yang telah menciptakan
benda sekecil dan serumit itu. Semua proses berfikir tersebut akan bermuara
pada bertambahnya keimanan seseorang terhadap Allah SWT.
Lalu,
apa yang terjadi bila kita ingin meraih kesuksesan dengan iman tanpa dibekali
ilmu? Seperti dijelaskan di atas bahwa perwujudan dari iman adalah
mengaplikasikan sesuatu yang diikrarkan dalam hati dan dilafazdkan dengan lisan
melalui perbuatan. Nah, untuk dapat melakukan perbuatan yang dapat bernilai
ibadah juga mendapat pahala itu maka diperlukan ilmu yang cukup sebagai
landasannya. Banyak orang yang awalnya ingin melakukan perbuatan yang bernilai
ibadah, gagal karena kurangnya ilmu pengetahuan. Contohnya jema’ah haji yang
hajinya kurang mabrur karena kurang paham tentang tata cara naik haji, atau seseorang
yang tilawah Al-qurannya kurang sempurna karena tidak menguasai ilmu tajwid.
Hal-hal tersebut dapat dihindari bila seseorang menjalankan ibadahnya dengan
berlandaskan ilmu pengetahuan.
Melihat
keunggulan-keunggulan ilmu dan iman serta hubungan antara keduanya, maka
akan menjadi solusi yang cerdas dalam meraih keberhasilan jika kita meracik
ilmu dan iman menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. “Racikan Ilmu dan
Iman” ini adalah bekal untuk menggapai kesuksesan. Tentu saja kesuksesan
yang sebenarnya. Kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Beruntunglah
orang-orang yang mempunyai “Racikan Ilmu dan Iman”. Karena Allah akan menaikkan
derajat mereka beberapa derajat seperti yang ada dalam firman-Nya Wahai
orang-orang yang beriman , apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan
dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “ Berdirilah kamu “, maka berdirilah
, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Teliti apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Mujadilah:11. Jadi, orang yang
memiliki ilmu dan iman akan mendapatkan tempat yang istimewa di mata Allah SWT.
Carilah
ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, perdalam keimanan dan keyakinan, dan
raciklah Ilmu dan Imanmu sebagai bekal untuk memetik daun kesuksesan itu. Bila
ilmu dan imanmu telah bersahabat akrab, berjalan bergandeng tangan menemani
langkahmu dalam menggapai keberhasilan maka jangan ragu lagi untuk mendekati
pintu kesuksesan. Berdirilah di hadapannya dengan penuh keyakinan kemudian
ketuk pintunya seraya berkata “Kesuksesan, Aku datang…!!!”
C. Kepribadian
seorang ilmuwan muslim
1.
Pengertian
kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Arab disebut
as-syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun, artinya, orang atau
seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan identitas seseorang
(haqiiqatus syakhsh). Kepribadian atau syakhshiyyah seseorang dibentuk oleh
cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah).
Kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa
Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak
atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang
khas, yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian
yang baik, ataupun yang kurang baik. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa
pribadi adalah ”aku yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan sang
aku” dalam bentuk prilaku tertentu.
Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah
kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang
dipikir, dirasakan, diperbuat yang terungkap mealui perilaku.
Selanjutnya berdasarkan pengertian kata-kata tersebut
para ahli mengemukakan definisinya sebagai berikut:
a.
Woodworth:
Kualitas dari seluruh tingkah laku seseorang.
b.
Morrison:
Keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang individu dengan jalan menampilkan
hasil- hasil kultural dari evolusi social.
c.
Hartmann: Susunan
yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seseorang individu sebagaimana yang
dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperhatikannya kepada orang lain.[
d.
William James:
kepribadian ialah unsur kesatuan yang berlapis lapis dari diri materi, diri sosial,
diri ruhani dan ego murni.
e.
Sigmond Freud:
kepribadian adalah terdiri atas tiga sistem yaitu id, ego dan super ego.
f.
Sementara itu
John Hocke telah mengemukakan teori tabula, rasa atau papan lilin yang siap
untuk digambari, berbeda dengan Islam yang menempatkan fitrah sebagai potensi
dasar kejiwaan.
g.
Para intelektual
Muslim: mendefinisikan kepribadian yakni merupakan bentuk integrasi antara
system kalbu, akal dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku
2.
Psikologi dan
kepribadian muslim
Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur
dan proses psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu
serta membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan
tempat hidup. Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis,
berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun
pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk
melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah kepribadian
seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan kehidupan
seseorang tersebut.
Kepribadian seorang Muslim berarti menuntut agar
jiwanya selalu hidup dengan nur ilahi. Inilah yang membedakan antara
kepribadian menurut konsep Islam. Kepribadian Islam merupakan ciri khas, watak
maupun karakter umat Islam. Kepribadian Muslim atau sering disebut akhlak
Islami yaitu prilaku seorang Muslim yang merupakan perpaduan harmonis antara
kalbu, akal dan fitrah insani. Kepribadian bagi seorang Muslim ialah yang
senantiasa menjaga hatinya untuk selalu taat kepada Allah dan berbahagia karena
dekat kepada Allah sehingga memperoleh sinarnya dengan senantiasa
mengerjakan ibadah dan amal saleh lainya.. sedangkan hati yang kotor dan ingkar
kepada Allah yang muncul dari anggota badanya adalah sifat keji adalah bekas
hati yang kotor dan gelap tanpa sinar.
3.
Pola dan
ciri-ciri kepribadian muslim
a.
Salimul Aqidah
Aqidah yang
bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim.
Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada
Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan
dan ketentuan- ketentuan-Nya.
b.
Shahihul ‘Ibadah
Ibadah yang
benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting,
dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang
berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
c.
Matinul Khuluq
Akhlak yang
kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang
harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun
dengan makhluk-makhluk-Nya.
d.
Qowiyyul Jismi
Kuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya
tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan
fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam
Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang
di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat
perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada
pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang
wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim
sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka
Rasulullah Saw bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai
daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).
e.
Mutsaqaful Fikri
Intelek dalam
berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan
Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir,
dalam firman Allah SWT: “Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan
judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari
keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berpikir (QS 2:219).
f.
Mujahadatun
Linafsihi
Berjuang melawan
hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus
ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada
yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu
akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh
karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk
pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman
seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku
bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
g.
Haritsun 'ala
Waqtihi
Pandai
menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal
ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah
dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut
nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni
24 jam sehari semalam.
Dari
waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang
rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih baik
kehilangan jam daripada kehilangan waktu'. Waktu merupakan sesuatu yang cepat
berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat
dituntut untuk memenej waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan
penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia.
Maka
diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah: “memanfaatkan momentum lima
perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat
sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum
miskin.
h.
Munazhzhamun fi
Syu'unihi
Teratur dalam
suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang
ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam,
baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan
dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi
cinta kepadanya.
i.
Qodirun 'alal
Kasbi
Memiliki
kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal
kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan
sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang
menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian,
terutama dari segi ekonomi.
j.
Naafi'un
Lighoirihi
Manfaat yang
dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang
disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Ini berarti
setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya
semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai
seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
HR. Bukhari Muslim: "Khoirunnas Anfa 'uhum linnas", yang artinya:
sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar