Selasa, 18 Desember 2018

MAKALAH EKOSISTEM ESTUARI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Estuari  merupakan  jenis  perairan  yang  memiliki  variasi  yang  tinggi  ditinjau dari  faktor  fisik,  kimia,  biologi,  ekologi  dan  jenis  habitat  yang  terbentuk  di dalamnya.  Oleh  karena  itu  interaksi  antara  komponen  fisik,  kimia  dan  biologi yang  membentuk  suatu  ekosistem  sangat  kompleks. Hal  ini  disebabkan  karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu  yang pendek karena adanya  pasang  surut  maupun  dalam  skala  waktu  yang  panjang  karena  adanya pergantian musim.
Pada  ekosistem  estuari  ini  terbentuk  habitat-habitat  yang  memiliki  ciri khas  tersendiri  dengan  organisme-organisme  penyusunnya  yang  spesifik  seperti Habitat  Rawa  Asin.  Oleh  karena  itu  ekosistem  estuary  sangat  erat  kaitannya dengan  habitat  rawa  asin.  Hal  ini  disebabkan  karena  organisme  tersebut  harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan  membatasi  keberadaannya  di  suatu  organisme.  Organisme  yang mampu  bertahap  pada  kondisi  fisik  dan  kimia  perairan  dapat  tetap  hidup  dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme  yang tidak mampu bertahan pada  ambang  toleransinya  akan  menjadi  organisme  pengunjung  transisi,  dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti  halnya  pada  setiap  ekosistem,  pada  ekosistem  estuari  ini  juga dibentuk  oleh  komponen  biotik  dan  abiotik  yang  saling  berinteraksi  satu  sama lain. Keanekaragaman  komponen  biotik  dan  abiotik  yang  terdapat  didalamnya menyebabkan  terjadinya  interaksi  yang  cukup  kompleks  dan  menarik  untuk diteliti.  Namun ekosistem  estuary  ini  ternyata  tidak  cukup  dikenal  oleh masyarakat  pada  umumnya  dan  jarang  sekali  dibahas  atau  disosialisasikan, padahal ekosistem estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.

B.     Tujuan dan Manfaat
Adapun  tujuan  dari  pembuatan  makalah  ini  yaitu :
1.    Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem estuari.
2.    Untuk menegtahui karakteristik fisik dari ekosistem estuari.
3.    Untuk mengetahui adapatasi organisme pada ekosistem estuari.
4.    Untuk mengetahui organisme yang ada dalam ekosistem estuari.
5.    Untuk mengetahui tipe-tipe ekosistem estuari.
6.    Untuk mengetahui fungsi ekologis ekosistem estuari.
Dengan demikian, makalah ini  dapat  dijadikan sebagai pemberi informasi mengenai ekosistem estuari.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ekosistem Estuari
Estuari berasal dari bahasa latin  aestus,  yang  berarti  pasang-surut. Ekosistem estuari merupakan bagian dari ekosistem air laut yang terdapat dalam zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuari merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin. Estuari adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
Ekosistem estuari terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut. Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuari didominasi subtrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuari.



B.  Karakteristik Fisik Estuari
Menurut Efendi (2009), perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah sebagai berikut:
1.    Keterlindungan
Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang yang memungkinkan  tumbuh mengakar  di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
2.    Kedalaman
Kedalaman  estuaria  relatif  dangkal  sehingga  memungkinkan cahaya matahari  mencapai  dasar  perairan  dan  tumbuhan  akuatik  dapat berkembang  di  seluruh  dasar  perairan,  karena  dangkal memungkinkan penggelontoran  (flushing)  dengan  lebih  baik  dan cepat  serta  menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3.    Salinitas air (kadar garam)
Estuari memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas rendah.
4.    Pasang
Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plankston serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
5.    Penyimpanan zat hara
Peranan estuari sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan ganggang dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan oleh organisme hewan.
6.    Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.

C.  Adaptasi Organisme pada Ekosistem Estuari
Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga ) tipe adaptasi (Kennish, 1990). yaitu :
1.    Adaptasi morfologis
Organisme yang mendiami substrat berlumpur sering kali beradaptasi dengan membentuk rumbai-rumbai halus atau rambut atau setae yang menjaga jalan masuk ke ruang pernapasan agar permukaan ruang pernapasan tidak tersumbat oleh partikel Lumpur. Organisme yang memiliki kemampuan adaptasi seperti ini adalah kepiting estuaria, dan beberapa anggauta dari Gastropoda. Adaptasi yang lain adalah ukuran tubuh. Organisme estuaria umumnya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di laut. Contohnya adalah kepiting (Ucha) yang memiliki ukuran kecil, hal ini terjadi karena sebagian besar energi yang dimilikinya dipergunakan untuk beradaptasi menyesuaikan dengan kadar garam lingkungan.
2.    Adaptasi fisiologis
Adaptasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme estuaria adalah berhubungan dengan keseimbangan ion cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal. Kemampuan osmoregulasi sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup. Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi dengan baik disebut osmoregulator contohnya Copepoda, Cacing Polychaeta dan Mollusca. Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi rendah disebut osmokonformer. Kemampuan mengatur osmosis menurut beberapa ahli sangat dipengaruhi oleh suhu. Di daerah tropic dengan suhu air lebih tinggi dan perbedaan suhu antara air tawar dan air laut kecil, biasanya dihuni oleh species estuaria lebih banyak, dan species lautan yang stenohalin dapat masuk lebih jauh ke hulu.
3.    Adaptasi tingkah laku
Salah satu bentuk adaptasi tingkah laku yang dilakukan oleh organisme estuaria adalah membuat lubang ke dalam Lumpur. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari organisme yang beradaptasi seperti ini. Pertama, adalah dalam pengaturan osmosis. Keberadaan di dalam lubang berarti mempunyai kesempatan untuk berhubungan dengan air interstitial yang mempunyai variasi salinitas dan suhu lebih kecil dari pada air di atasnya. Kedua, membenamkan diri ke dalam substrat berarti lebih kecil kemungkinan organisme ini dimakan oleh pemangsa yang hidup di permukaan substrat atau di kolam air. Adaptasi tingkahlaku lainnya adalah dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir. Tingkahlaku ini akan menjaga organisme tetap berada pada daerah dengan kisaran toleransinya. Contohnya beberapa species kepiting seperti Rajungan (Calinectes sapidus), ikan belanak (Mugil mugil), Ikan baung, Ikan bandeng dan lain-lain (Kramer, 1994).

D.  Organisme pada  Ekosistem Estuari
Berikut adalah hewan-hewan yang khas hidup di ekosistem estuari:
1.    Beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia),
2.    Siput kecil Hydrobia
3.    Udang Palaemonetes
4.    Cacing (polikaeta) Nereis
Fauna-fauna peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja seperti ikan salmon, udang
1.      Penaeus, sidat (Anguilla).
2.      Golongan ikan, reptil,  burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan

E.  Tipe-tipe Estuari
Perbedaan salinitas di wilayah estuari mengakibatkan terjadinya proses pergerakan massa air. Air asin yang memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar menyebabkan air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar ke permukaan menuju laut. Sistem sirkulasi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya proses up-welling. Yaitu proses pergerakan antar massa air laut dan tawar yang menyebabkan terjadinya stratifikasi atau tingkatan-tingkatan salinitas. Sehingga terbentuklah beberapa tipe estuari, yaitu:
1.    Estuari positif (baji garam)
Estuari tipe ini memiliki ciri khas yaitu gradien salinitas di permukaan lebih rendah dibandingkan dengan salinitas pada bagian dalam atau dasar perairan. Rendahnya salinitas di permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang memiliki berat jenis lebih ringan dibanding air laut akan bergerak ke atas dan terjadi percampuran setelah beberapa saat kemudian. Kondisi ini, juga dapat disebabkan pula oleh rendahnya proses penguapan akibat sedikitnya intensitas matahari yang masuk pada wilayah estuari. Tipe estuari ini dapat ditemukan di wilayah sub tropis yang mana terjadinya penguapan rendah dan volume air tawar yang relatif banyak. Sedangkan untuk wilayah tropis sendiri, dapat pula ditemukan tipe ini apabila terjadi musim penghujan. Yang mana intensitas cahaya matahari pada musim tersebut sedikit dan massa air tawar yang masuk lebih besar(Knox, 1986).
2.    Estuari negatif
Estuaria tipe ini biasanya ditemukan di daerah dengan sumber air tawar yang sangat sedikit dan penguapan sangat tinggi seperti di daerah iklim gurun pasir. Keadaan dari estuari tipe ini dikarenakan oleh air laut yang masuk ke daerah muara sungai melewati permukaan sehingga mengalami sedikit pengenceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas jumlahnya. Lalu tingginya intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat sehingga air permukaan hipersalin (banyak mengandung garam) (Knox, 1986).
3.    Estuari sempurna
Percampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical dari permukaan sampai ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini kondisinya sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain: volume percampuran masa air, pasang surut, musim, tipe mulut muara dan berbagai kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna kadang terjadi atau ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan aliran air tawar yang masuk ke daerah muara seimbang dengan pasang air laut serta ditunjang dengan mulut muara yang lebar dan dalam (Knox, 1986).

F.     Fungsi Ekologis Estuari
Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut:
1.      Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation);
2.      Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan;
3.      Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
Sedangkan secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
a.       Sebagai tempat pemukiman;
b.      Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan;
c.       Sebagai jalur transportasi;
d.      Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Estuari adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
2.      Ekosistem estuari memiliki karakteristik fisik diantaranya : keterlindungan yang semi tertutup, kedalaman yang relatif dangkal, salinitas air yang bervariasi, pasang air sebagai transportasi, penyimpanan zat hara pada dasar tanah yang berlumpur menyimpan banyak bahan organik, dan substrat yang berlumpur.
3.      Organisme didalam ekosistem estuari memiliki adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku yang sesuai dengan substrat lumpur.
4.      Organisme yang terdapat pada ekosistem estuari adalah siput kecil hydrobia, beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), udang Palaemonetes, dan cacing nereis (Polikaeta).
5.      Estuari dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tipe salinitas nya yaitu estuari positif, estuari negatif, dan estuari sempurna.
6.      Estuari mempunyai peranan ekologis penting diantaranya: Sebagai sumber zat hara dan bahan organik, penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan, dan sebagai tempat untuk bereproduksi
B.     Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan pembaca mampu mencari refrensi yang lebih lengkap lagi. Mengingat perkembangan teknologi yang kian pesat tiap tahunnya, bukan tidak mungkin kemudian makalah ini menjadi tidak relevan lagi karena perubahan teknologi yang semakin maju.




DAFTAR PUSTAKA


Aritonang, A.E. et al. 2016.  Laju Pengendapan Sedimen Di Pulau Anakan Muara
Sungai Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. 8(1).
Brotowidjoyo,  Mukayat  D,  dkk.  1995.  Pengantar  Lingkungan  Perairan  dan
Budidaya Air. Yogyakarta: Liberty.
Dahuri et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara
Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Effendi,H. 2009. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Kennish, MJ. 1990. Ecology of Estuaries Vol II : Biological Aspects. Boca Raton
USA : CRC Press Inc.
Kramer, K.,J.,M. 1994. Tidal Estuaries : Manual of Sampling and Analittycal
Procedure. AA Balkema.
Knox, G.,A. 1986. Estuarine Ecosystem : A System Approach. Florida : CRC
Press.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT.
Gramedia.
Odum, E.P. 1998. Dasar – Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar