Selasa, 18 Desember 2018

MAKALAH PENGELOLAHAN LINGKUNGAN Fitoremediasi Solusi Pencemaran Lingkungan Limbah Domestik (Detergent) Di Jalan Tallasalapang 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, karena dengan hidayanya sehingga makalah Pengelolahan Lingkungan dengan judul “Fitoremediasi Solusi Pencemaran Lingkungan Limbah Domestik (Detergent) Di Jalan Tallasalapang 1” dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Terimah kasih penyusun ucapkan kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan atas bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini dan kepada teman-teman yang mendukung dan turut serta dalam membantu demi terselesaikannya makalah ini, serta terimah kasih kepada senior – senior atas bantuannya dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun sebagai tugas pokok dengan mata kuliah Pengelolahan Lingkungan dan sebagai persyaratan untuk mengikuti mata kuliah ini. Penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan, terutama dalam kalangan mahasiswa khususnya bagi penyusun.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi penyelesaian makalah selanjutnya.
Makassar,     April  2018
Penyusun

Kelompok I







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peningkatan kualitas hidup telah dimulai sejak peradaban manusia ribuan tahun yang lalu yaitu dalam usaha mendapatkan kesenangan hidup yang akan dinikmati oleh diri sendiri maupun yang akan diwariskan ke generasi selanjutnya. Usaha peningkatan pengusahaan sumber daya alam ini dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Sehingga yang terjadi dimasa yang akan datang sumber daya alam ini akan musnah karena dapat mengeruk hasil kekayaan alam agar dapat terpenuhi kepuasan hidup harian bagi masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidup yang terorganisir telah diatur dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1997 yang menyatakan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia menjadi masalah serius yang harus segera diatasi mengingat besarnya tingkat kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Upaya-upaya tersebut sangat erat kaitannya dengan aktivitas keseharian manusia yang selama ini dianggap dapat mengancam kelestarian dan kestabilan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri dan masyarakat luas. Hal ini menjadi penting mengingat Indonesia sebagai negara semi industri. Sebagaimana lazimnya negara yang semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang.
Pola perilaku masyarakat kadang mengesampingkan pegelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun bagi kelangsungan hidup bagi masyarakat umum, salah satu limbah yang paling berbahaya ialah limbah cair domestik (Limbah Detergent). Populasi penduduk sisa penggunaan detergent semakin banyak setiap harinya.  Peningkatan jumlah limbah akibat pencucian pakaian yang dihasilkan ini memiliki dampak langsung kepada lingkungan apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik, hal ini tentu saja dapat merusak lingkungan karena limbah detergent memiliki kandungan BOD dan Ph yang tinggi.
Muhajir (2013) mengemukakan BOD (Biological Oxygen Demand) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD yang diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem pengelolaan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Peraturan Pemrintah Kementrian Lingkungan Hidup. Permen LH NO 5 Tahun 2014 menyatakan bahwa tingkatan BOD yang diperbolehkan sebagai beban pencemaran limbah ialah ≤ 1500 ppm (parts per million) atau setara dengan ≤ 1500 mg/L.
Fadiaz (1992) dalam (Hermawati : 2005) mengemukakan bahwa limbah detergent bersifat alkalis dan air ledeng yang digunakan sebagai pengenceran detergent mengandung kapur, adanya zat kapur didalam air akan mengubah sistem penyangga (buffer) air dan mengakibatkan terjadinya perubahan nilai ph. Faktor Ph berperan penting dalam fitoremediasi karena berpengaruh pada kelarutan unsur hara yang menyebabkan adanya pertumbuhan bagi tanaman. pH yang tinggi akan menghambat kelarutan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Hermawati (2005) mengemukakan bahwa kondisi ph yang baik untuk penyerapan phosphat oleh tanaman berkisar antara 6-8, dibawah atau diatas angka tersebut maka penyerapan unsur phosphat akan terganggu.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis melakukan sebuah penelitian yaitu Fitoremediasi Limbah Domestik (Detergent) Melalui Eceng Gondok (Echornia crassipes) untuk Mengatasi Pencemaran Lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stefhany (2013), bahwa fitoremediasi menggunakan tumbuhan Eceng gondok dapat menurunkan kandungan fosfat pada limbah Detergent.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pencemaran limbah cair domestic (detergent) di Jalan. Tallassalapang 1?
2.      Apakah solusi yang dapat dilakukan agar mampu menjernihkan limbah cair domestik (detergent) ?
C.    Manfaat
1.      Dapat mengetahui pencemaran limbah cair domestic (detergent) di Jalan. Tallassalapang 1
2.      Dapat megetahui solusi yang dapat dilakukan agar mampu menjernihkan limbah cair domestik (detergent)











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fitoremediasi
Fitoremediasi didefenisikan sebagai peggunaan tanaman atau tumbuhan untuk menyerap mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar khususnya logam berat maupun senyawa organic lainnya
Menurut Notodarmojo (Argita, 2016) fitoremediasi adalah penggunaan tanaman untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Menurut Sitompul (2013) fitoremediasi merupakan proses bagi tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di akar tumbuhan bermutualisme dan melakukan pengolahan terhadap parameter-parameter yang terdapat pada limbah cair.
Menurut Rasikin (2015) fitoremediasi memanfaatkan tumbuhan hijau khususnya tumbuhan air seperti Eceng gondok, teratai, kulit pisang, dan lain-lain serta bekerja sama dengan mikrobiota, enzim, konsumsi air, perubahan tanah, dan teknik agronomi untuk menghilangkan, memuat, atau menyerahkan kontaminan berbahaya dari lingkungan seperti logam berat, pestisida, xenobiotik, senyawa organik, polutan aromatik beracun, drainase pertambangan yang asam.
Fitoremediasi merupakan salah satu proses yang dapat diterapkan untuk mengurangi kandungan-kandungan kimiawi yang terdapat pada limbah cair. Selain itu, menurut Rondonuwu (2014), sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan keberhasilan penggunaan tumbuhan untuk remediasi dan tidak sedikit tumbuhan yang dibuktikan sebagai hiperakumulator adalah species yang berasal dari daerah tropis.
Menurut Syaputra (Tanzerina, 2013) metode fitoremediasi merupakan suatu sistem dimana tumbuhan tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral, dan air) dapat merubah zat kontaminan (pencemar atau polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Menurut Kelly (Razikin, 2015) mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu: fitoekstraksi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan. Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan oleh tanaman dari air atau tanah dan kemudian di akumulasi, tanaman seperti itu disebut dengan hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi, tanaman bisa dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus di musnahkan dengan insinerator kemudian dilandfiling. Fitovolatiliasi merupakan proses penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut diubah menjadi bersifat volatil dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang dilepaskan oleh tanaman ke udara sama seperti bentuk senyawa awal polutan, bisa juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal.
Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme polutan di dalam tanaman melibatkan enzim antara lain nitrodictase, laccase dehalogenase dan nitrilase. fitostabilisasi merupakan proses yang dilakukan oleh  tanaman untuk mentransformasi polutan di dalam tanah menjadi senyawa yang non toksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut tetap berada di dalam tanah. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemar adalah badan perairan.
Setelah memahami penjelasan dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan yang terkontaminasi dengan limbah air  menggunakan beberapa mekanisme kerja fitoremediasi yang terdiri dari beberapa konsep.
B.     Pencemaran dan Limbah Cair Domestik (Detergent)
Polusi atau pencemaran adalah suatu keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal disekitar sungai tersebut.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimanapun masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: limbah cair domestik, limbah cair industri, rembesan dan luapan, serta air hujan (Faishal, 2016).
Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis, misalnya air detergent sisa cucian, air sabun, dan air tinja (Faishal, 2016).
Salah satu limbah cair domestik yaitu air detergent sisa cucian. Air detergent sisa cucian dengan skala besar dapat ditemukan pada usaha atau bisnis laundry serta dari aktifitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Limbah cair domestik terbagi dalam dua kategori yaitu limbah cair domestik yang berasal dari air cucian, seperti sabun, detergent, minyak dan pestisida dan limbah cair domestik yang berasal dari kakus, seperti sabun, shampo, tinja dan air seni. Limbah cair  domestik salah satunya adalah air detergent sisa cucian. Detergent dan sabun merupakan pembersih sintetis yang banyak digunakan karena pembersih air saja tidak cukup untuk menghilangkan kotoran dari pakaian maupun barang yang berminyak atau terkena pengotor organik lainnya. Sabun memungkinkan minyak dan air untuk bercampur sehingga kotoran berminyak dapat dihilangkan selama penuian, berarti sabun bertindak sebagai emulsi (Ediyanto, 2012).
Detergent adalah Surfaktan anionik dengan gugus alkil  (umumnya -) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium () yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin), (Rahimah, 2016). Limbah deterjen yang mencemari badan air atau sumur gali umumnya berasal dari limbah rumah tangga dan berbagai kegiatan masyarakat yang menggunakan detergent secara besar-besaran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini semakin hari semakin mengkawatirkan. Deterjen atau surfaktan sintesis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh, Safitri (Junaedi, 2014).
Dampak lain yang dihasilkan dari kondisi ini adalah bau yang tidak sedap di sekitar pemukiman warga dan pemandangan yang tidak layak. Hal ini terjadi karena warga membuat pembuangan air limbah di sembarang tempat, biasanya disamping rumah, pinggir jalan, bahkan ada yang didepan rumahnya sendiri. Warga melakukan itu karena memang tidak adanya lahan yang bisa digunakan untuk menyembunyikan limbah tersebut. Cara mengatasi hal tersebut dilakukan penyuluhan untuk mengatasi limbah rumah tangga dengan pembuatan saluran yang aman dan bermanfaat, Arie (Junaedi, 2014).
Kondisi seperti ini juga terjadi di kota Makassar. Desain saluran pembuangan air di kota Makassar dibuat agar dapat mengalirkan air buangan sebanyak dan secepat mungkin ke tempat pembuangan selanjutnya Direktorat Jenderal Pembangunan (2009) dalam (Hanafi: 2012). Tidak ada sistem pengolahan air limbah domestik yang tersedia melainkan hanya sistem pengolahan air limbah di daerah industri yang terlokalisasi, seperti di Kawasan Industri Makassar yang terletak di pinggir kota. Maka dari itu, air limbah dari industri yang terletak di antara perumahan penduduk bersama-sama dengan limbah air domestik semuanya langsung masuk ke sistem saluran pembuangan kota tanpa mengalami pengolahan.
Nutrien seperti nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam limbah tersebut, akhirnya ikut masuk ke sistem perairan. Ledakan pertumbuhan tanaman air seperti Eceng gondok yang sering terjadi di berbagai sistem perairan seperti di muara Sungai Tallo, Sungai Pampang, Sungai Jeneberang dan di Danau GMTDC adalah penanda tingginya kadar nutrien di perairan tersebut, (Hanafi, 2012). Hal ini jugalah yang menjadi salah satu tolak ukur kami untuk melakukan pengamatan terhadap limbah cair detergent.
C.    Cara mengatasi limbah cair domestik (detergent)
Surfaktan yang biasa digunakan pada detergen juga bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis yang dapat merugikan lingkungan. Oleh karena itu perlu cara yang tepat untuk membuang limbah detergen tersebut seperti
1.      Pastikan anda tidak membuang limbah detergen ke sungai
2.      Pastikan anda tidak membuang limbah detergen keparit-parit kecil ini biasanya juga menuju kesungai
3.      Pastikan anda tidak membuang limbah detergen ditanah. Karena detergen dapat membuat kerusakan pada tanah dan bahkan dapat membunuh  mikroorganisme yang terdapat didalam tanah. Selain itu juga berpotensi mencemari sumur-sumur yang dipakai oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-harinya
4.      Anda dapat membuang limbah detergen kedalam lubang wc agar tidak mencemari lingkungan lainnya
5.      Dan jika disekitar anda terdapat tempat khusus untuk membuang limbah hasil cucian. Anda dpat mempergunakannya
D.    Solusi yang harus dilakukan untuk limbah yang sudah tercemar oleh limbah cair domestik (detergent)
1.      Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran limbah detergen yang berada ditalasalapang adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa mnyerap zat pencemar. Tanaman yang biasa digunakan antara lain Jaringao Pontederia Cordata (bunga ungu), lidi air, melati air dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang keselokan
2.      Cara yang paling efektif yaitu dengan membuat instalasi pengelolahan yang sering disebut dengan System Pegelolahan Air Limbah (SPAL) caranya gampang, bahan yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan dirumah.
Cara kerja : air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan keruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan dibagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk keruangan dibawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap didasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya lebih ringan akan mengambang diruang penangkap lemak.
           Air yang telah bebas dari pasir, sampah dan lemak akan mengalir kepipa yang berdada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju kesaluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Deterjen atau surfaktan sintesis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh, Safitri (Junaedi, 2014).
Dampak lain yang dihasilkan dari kondisi ini adalah bau yang tidak sedap di sekitar pemukiman warga dan pemandangan yang tidak layak. Hal ini terjadi karena warga membuat pembuangan air limbah di sembarang tempat, biasanya disamping rumah, pinggir jalan, bahkan ada yang didepan rumahnya sendiri. Warga melakukan itu karena memang tidak adanya lahan yang bisa digunakan untuk menyembunyikan limbah tersebut. Cara mengatasi hal tersebut dilakukan penyuluhan untuk mengatasi limbah rumah tangga dengan pembuatan saluran yang aman dan bermanfaat












DAFTAR PUSTAKA
Aini, F. N. dan Nengah, D. K. 2013. Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). OnlineJurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, No. 2. Hal116.  http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/3740. Diakses pada 2 Mei  2017 pukul 11:27 Wita.

Argita, D. dan Sarwoko, M.   Fitoremediasi Tanah Inceptisol Trecemar Limbah Laundry dengan Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Jurnal purifikasi,Vol.16,No.1.http://purifikasi.net/index.php/purifikasi/article/view/75/0. Diakses pada 26 April 2017 pukul 13:02 Wita.
Djamin, D. 2007. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-undang Lingkungan Hidup Suatu Analisis Sosila. Jakarata. Buku Obor.
Ediyanto, dkk. 2012. Efektifitas Degradasi Surfaktan dengan Bakteri Pseudomonas putida. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia. Vol. 5, No. 1 .http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/960/1/Jurnal%20Satya%  20Negara%20Indonesia%20Vo.%205%20No.1.pdf Diakses pada 19 Mei 2017 pukul 09:30 Wita.
Faishal, A. 2016. Hukum Lingkungan Pengaturan Limbah dan Paradigma Industri Hijau. Yogyakarta. Pustaka Yustisia.
Hanafi, S. dan Jumri, P. 2012. Konsentrasi Nutrien di Saluran Pembuangan Kota Makassar: Sebuah Survei Awal. Jurnal Sainsmet. Vol. I, No. 1. Hal 70. http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat/article/view/461. Diakses pada 28 April 2017 pukul 14:05 Wita.
Hermawati, E. dkk. 2005. Fitoremediasi Limbah Detergent Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) dan Genjer (Limnocharis flava L.). BioSMART. Vol 7, No 2 (hal. 117). http://biosmart.mipa.uns.ac.id/index.php/biosmart/article/viewFile/9/10. diakses pada 6 juli 2017 pukul 06:04 Wita.
Junaedi, AF dan Hasanah, U. A. 2014. Penyuluhan tantang Penanganan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Inovasi dan Kewirausahhaan. No. 2 Vol. 3. http://jurnal.uii.ac.id/index.php/ajie/article/view/7816/6797. Diakses pada 19 Mei 2017 pukul 11:22 Wita.
Muhajir, M. S. 2013. Penurunan Limbah Cair BOD dan COD Pada Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail ( Typha Angustifolia) dengan Sistem Constructed Wetland. Skripsi Online (Hal. 2) (http://lib.unnes.ac.id/18265/1/4350408054.pdf. Diakses pada 18 Juni 2017, pukul 05:35 Wita.
Priadie, B. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagi Altrenatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 10 No. 1. Hal 39. https://www.google.com/search?tbm=bks&hl=id&q=penurunan+zat+pencemar+dalam+air#hl=id&tbm=bks&q=pern+mikroba+dalam+penurunan+zat+pencemar+dalam+air+jurnal. Diakses pada 18 Juni 2017 pukul 05:01 Wita.
Rahimah, Z. Dkk. 2016. Pengolahan Limbah Deterjen dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulasi Kapur dan PAC. Volume. 5 No. 2. Hal 13. https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=GEYeWdXLCJaWvQShm5TYBA#q=jurnal+limbah+deterjen. Diakses pada 19 Mei 2017 pukul 10:57 Wita.
Razikin, R. K. 2015. Uji Tanaman Bayam (Amaratus tricolor) dan Rumput Gajah (Pennisetum purpereum) sebagai agen Fitoremediasi Pada Tanah Tercemar Logam Pb dan Cd. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jember. Universitas Jember Fakultas Pertanian.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretariat Negara : Jakarta
Rondonuwu, S. B. 2014. Fitoremediasi Limbah Merkuri Menggunakan Tanaman dan Sistem Reaktor. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 14, No. 1. Hal. 52.  https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/4951. Diakses pada 28 April 2017 pukul 08:23 Wita.
Sitompul, D. F.dkk. 2013. Pengolahan Limbah Cair Hotel Aston Braga City Walk dengan proses Fitoremediasi Menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok. Jurnal Institut Teknologi Nasional. Vol. 1 No. 2 http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/lingkungan/article/view/346/396. Diakses pada 2 Mei 2017 pukul 11:09 Wita.
Simanjuntak, B. A dan Sosrodihardjo, S. 2014. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Stefhany, C. A. dkk. 2013. Fitoremediasi Phosfat dengan Menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada Limbah Cair Industri Kecil Pencucian Pakaian. Jurnal Institut Teknologi Nasional. No. 1, Vol. 1. Hal 2 dan 10.  http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/lingkungan/article/viewFile/137/623 Diakses pada 2 Mei 2017 pukul 07:32 Wita.

Tanzerina, N. dkk. 2013. Studi Adaptasi Anatomi Organ Vegetatif Neptunia oleraceaenLour Hasil Seleksi Lini pada Fitoremediasi Limbah Cair Amoniak. Prosiding Seminar FMIPA Universitas Lampung. Hal 165. http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/603/423. Diakses pada 7 Mei 2017, Pukul 19:50 Wita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar